LISTRIKKU SAYANG LISTRIKKU MALANG

opini yang pernah dimuat di Aceh Independen tanggal 6 Mei 2008

LISTRIKKU SAYANG LISTRIKKU MALANG

Tadi malam giliran kampungku mati lampu dan malam ini belum tentu tak mati juga. Itulah pendapat dan kelakar masyarakat kota Banda Aceh saat ini mengenai seringnya pemadaman listrik secara bergiliran. Giliran yang menggelapkan rumah selama empat jam. Empat jam adalah batasan waktu matinya sang penerang. Zaman kini listrik merupakan modal utama atau batang tubuh roda kehidupan kita sebagai makhluk hidup. Tak di rumah maupun di industri, listrik adalah nyawa. Tanpa listrik semua jadi hampa. Berlebihan, tentu tidak. Lihatlah, di nusantara ini, tak terkecuali pulau Jawa dan Bali (padahal kedua pulau ini merupakan pulau yang bebas hambatan listrik), padamnya listrik masih dan akan terus menjadi masalah. Walikota, pejabat pemerintah, dan masyarakat tak henti-hentinya membuat seruan agar Perusahaan Listrik Negara (PLN) membuat perubahan mengenai penataan perlampuan atau perlistrikan. Walikota kota Banda Aceh di harian terbesar di Nanggroe Aceh Darussalam juga mengeluhkan pelayanan listrik mulai dari Banda Aceh hingga pantai timur. Beliau meyebutkan keadaaan listrik selama ini di Aceh dapat menghambat investasi. Berlebihankah, tentu saja tidak. Karena dapat dikatakan listrik merupakan modal primer bagi setiap jenis industri. Termasuk industri rumah tangga.

Begitu juga dengan saya, tadi malam saat mati lampu, otomatis pandangan mata menuju ke pesawat telepon. Apakah ada hubungannya, tentu saja ada. Setiap listrik padam pasti langkah pertama yang saya ambil adalah menelepon PLN (tentu saja setelah memastikan bahwa sekering tidak "membal"). Di benak ini selalau muncul pertanyaan mengapa listrik padam lagi. Terkadang jaringan di seberang terdengar nada "sibuk". Namun yang sering petugas pasti bersedia memberi penjelasan mengapa listrik padam dan kapan akan terang kembali. Walaupun saya akui petugas juga kelelahan menerima keluhan atau pertanyaan mengapa listrik padam. Dalam hal saya salut dan angkat topi kepada petugas. Karena mereka masih betah melayani pelanggan yang terkadang "cerewet". Padahal kalau kita akui petugas operator telepon adalah masyarakat biasa dan tentu saja bukan Penyelesai Masalah. Namun begitulah adanya. Langsung tak langsung kita merasakan PLN tak dapat melayani kita sepenuhnya walau kita telah membayar tagihan setiap bulannya. PLN tetap menjadi kambing hitam bila sebuah kampung terkena giliran pemadaman lampu.



PLN sendiri tidaklah tanpa alasan membuat kebijakan untuk memadamkan listrik di setiap kawasan. Alasannya mesin diesel PLN yang ada saat sekarang ini tak mampu memenuhi kebutuhan daya listrik di Banda Aceh sebesar 21 Mega Watt. Bisa dibayangkan bila maghrib telah tiba, saat matahari telah terbenam. Orang akan mengarahkan tangannya ke saklar lampunya secara bersamaan. Andaikan saudara, sebuah rumah menghidupkan lampu sejumlah 400 watt dan secara bersamaan di tempat lain ada 1000 rumah lain menghidupkan lampu sejumlah yang sama, maka beban atau daya yang dibutuhkan mesin diesel saat bersamaan bisa jadi menjadi sepuluh kali lipat dari total pemakaian 400KiloWatt. Atau dengan kata lain ada 4000KiloWatt yang dibutuhkan mesin diesel untuk menghidupkan lampu. Mesin diesel akan kewalahan dan menghabiskan banyak energi bila lampu kita sering "hidup-mati". Langkah yang diambil agar mesin diesel tidak kewalahan adalah dengan pemadaman secara bergiliran.

Nah kini kita semua pasti bertanya, mengapa perusahaan negara sejenis PLN tak bisa mengusahakan membeli mesin diesel baru untuk membantu kelancaran kerja mesin diesel yang sudah ada. Karena harga mesin dan perawatannya memang sangat mahal. Namun demikian sebenarnya pihak pemerintahan juga mempunyai solusi dengan terus berusaha menambah suplai listrik dari pembangkit listrik yang baru seperti PLTA Peusangan dan PLTU Batu Bara yang kabarnya akan dibangun di Saree. Semua ini hanyalah solusi jangka pendek (short term solution). Bagaimana tidak, cobalah perhatikan semua jenis pembangkit listrik pada saat ini. Pembangkit tenaga diesel dibangkitkan oleh Diesel yang dibantu oleh diesel fuel atau solar yang berasal dari penyulingan minyak bumi. Pembangkit listrik tenaga uap yang sebagian besar pemabakarannya menggunakan batubara. Semua jenis pembangkit ini bersumber dari sumber energi yang tidak terbarukan atau tidak renewable energy. Begitu juga dengan pembangkit listrik oleh tenaga air, walaupun termasuk ke dalam renewable energy tetap saja debit airnya harus terus dijaga agar tetap kerja optimal. Debit maksimum saat banjir dan debit maksimum saat kemarau harus dijaga dengan baik agar tidak terjadi selisih yang besar. Efeknya bisa-bisa pasokan listrik bisa berkurang. Kita bisa melihat kemarau yang lalu, listrik di Pulau Jawa sering terganggu akibat waduk seperti Jatiluhur di Purwakarta Jawa Barat, Gajah Mungkur di Wonogiri, dan Karangkates di Jawa Timur.

Inilah gambaran listik di Nusantara ini yang menjadi masalah nasional. Apalagi Juni mendatang bahan bakar juga naik lebih dari 20 persen. Bisa dibayangkan penghematan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Berbicara masalah penghematan, alangkah indah dan pantas bila kita sebagai pengguna atau pelanggan listrik memulai mengkonsumsi listrik dengan hemat. Pengalaman di negeri ini tarif dasar listrik (TDL) terus saja naik dan tidak pernah turun. Begitu pula dengan kenaikan bahan bakar minyak yang juga menunjang kenaikan TDL dan harga sembako, tidak akan pernah turun lagi. Hemat listrik oleh konsumen adalah satu-satunya cara mengatasi listrik secara jangka panjang atau sustainable. Dengan menghemat penggunaan listrik, konsumen dapat menekan biaya pemakaian listrik setiap bulannya. Secara tak langsung tindakan kita menghemat listrik berimbas kepada sisi ekonomi dan lingkungan hidup kita. Dari sisi ekonomi kita dapat menghemat anggaran dan dapat menyisihkannya untuk hal yang bermanfaat bagi keluarga. Begitu pula bila kita lihat dari sisi lingkungan, bila penghematan ini dilaksanakan secara global atau secara bersamaan, kita dapat menekan konsumsi bahan bakar yang berasal dari minyak bumi. Konsumsi minyak bumi secara berlebihan mengakibatkan banyak polusi dan membuat bumi semakin panas. Intinya menghemat listrik salah satu bagian tindalan kita mengurangi efek pemanasan global atau global warming. Ada pepatah mengatakan banyak jalan menuju roma, banyak cara pula untuk menghemat listrik. Pertama, tindakan menghemat dari diri sendiri dan mengajarkan tindakan hemat kepada setiap keluarga sejak dini. Ini adalah contoh cara menghemat yang sustainable, karena pendidikan dini merupakan tindakan yang paling efektif untuk memulai kebaikan dalam bentuk apapun. Tindakan kedua, mendesain (lebih tepatnya mengkondisikan) sebuah ruangan yang dapat digunakan oleh semua anggota keluarga untuk berkumpul dan beraktifitas bersama pada saat peak hour. Efek sampingnya, selain menghindari konsumsi listrik yang berlebih di setiap ruangan juga dapat meningkatkan hubungan keakraban di dalam keluarga. Tindakan ketiga yang sangat penting adalah mendesain rumah yang hemat energi atau disebuat rumah dengan konsep rumah hijau. Ketut S.Astawa mengatakan dalam sebuah artikel menyebutkan, penggunaan kipas (fan) membutuhkan 18-20% dari total energi untuk gedung-gedung dan perkantoran, serta tidak kurang 20-25% untuk perumahan. Sangat jelas terlihat bahwa iklim tropis yang panas menjadikan energi lebih dominan dibutuhkan untuk kenyamanan beraktivitas pada suatu ruangan. Bila setiap rumah di dunia rata-rata menyumbang tidak kurang 20% carbon emission ke atmosfir maka angka-angka tersebut yang menggambarkan kerusakan alam di dunia, secara tidak langsung adalah kontribusi setiap umat di dunia, termasuk kita di Indonesia. Menurut beliau juga, dengan mengembangkan konsep ''rumah hijau'' kita bisa menekan pemborosan energi di sektor ini dan juga yang lebih penting maknanya, kita bisa menghambat pemanasan dunia (global warming). Konsep rumah hijau mampu menekan penggunaan listrik secara signifikan dengan kenyamanan yang jauh lebih baik. Penataan kawasan pun manjadi rapi, indah dan asri. Juga dikatakan bahwa bangunan gedung atau perumahan yang tidak hemat energi adalah 80% kesalahan desain arsitekturnya. Konsep rumah hijau selain dapat menghemat listrik juga dapat mereduksi pemanasan global.

Pada akhirnya penghematan merupakan sebuah daya dari kita membantu PLN dan bangsa ini keluar dari krisis. Believe it or not bila kita melaksanakannya, anak cucu kita nanti yang akan menusi hasilnya. Tentu imbas tindakan kita tidak akan berhasil bila tidak ada sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan manajemen PLN. Bila hemat listrik, kebutuhan 21 Megawatt bisa kita minimalkan hingga mesin diesel PLN bisa bekerja optimal dan meminimalisir pemadaman secara bergilir.

Ada satu hal yang penting dalam melaksanakan penghematan listrik secara global (baca, menyeluruh). PLN harus mampu membuat manajemen yang baik sehingga dapat diketahui masyarakat atau pelanggan mana yang melakukan penghematan secara signifikan. Bagi mereka, PLN harus memberi reward atas keberhasilan mereka. Realitanya, PLN hanya melaksakan punnishment bila pelanggan, konsumen, atau masyarakat menunggak aliran listrik.


0 Response to "LISTRIKKU SAYANG LISTRIKKU MALANG"