in memoriam


"Kepada Civitas Akademika Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Hormat Tekniiiiiiiiiiiiiik, Grak"...itulah seruan Danton-ku sepuluh tahun yang lalu di saat aku dan beratus mahasiswa baru lainnya mengikuti SIKAT '98. "Danton"...kukira adalah kependekan dari Komandan Batalyon, sebutan Mentor atau senior buat Komandan kami. Sikat adalah kata cantik dari kegiatan orientasi mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.

Danton kami berperawakan besar dengan kulit yang hitam dan mempunyai suara yang menggelegar. Dan sangat kebetulan sekali, sang Danton berada di kelompok delapan, satu kelompok dengan diriku. Itulah awal aku mengenal sang Danton. Aku juga masih ingat, bahwa sepuluh tahun yang lalu, dia mempunyai nama cantik "EXCEL", sedangkan aku sendiri tertera di dada dengan nama "PH". Namun setelah Sang Danton menjadi Komandan, aktifitasnya telah jarang berada di kelompok delapan. Ya, dia dididik untuk menjadi Komandan yang bisa membuat pasukannya bangga menjadi Aneuk Teknik.


Sang Danton punya nama Heca Manan, efek kepemimpinannya sebagai Danton mengantarkan dia menjadi Komisaris untuk angkatan Sipil 98. Kami menyebutnya Komting, kependekan dari Komisaris Letting. Dan kepemimpinan itu tak juga berlansung lama, hanya terbilang satu tahun, di-impeachment oleh anggota Sipil 98 dan digantikan olehku. Dalih demokrasi merupakan suatu jargon yang hangat di kala itu, apalagi kami tumbuh di perkuliahan pada saat reformasi lagi menggila di bumi nusantara ini, jadi wajar-lah hal sepereti impeachment dan pengunduran diri sesorang bisa terjadi. Bukan suksesi ini yang menjadi inti catatanku kali ini, lebih dari itu, Heca Manan adalah seorang teman dan kawan yang pernah tercatat di sejarah hidupku. Sebuah sejarah memang, pada akhir kuliah, aku dan dia-lah penutup pintu gerbang kelulusan angkatan kami di Sipil 98, dan kami juga naik trailer bersama di saat merayakan hari bahagia mahasiswa di kala penghujung perkuliahan, yaitu pengukuhan gelar sarjana. Juga sangat kebetulan sekali, di Teknik sipil kami berkonsentrasi di bidang yang sama, yaitu sipil basah, kata akademisnya, hidroteknik.

Sebenarnya tak banyak yang bisa menjadi cerita antara aku dan Heca, begitu dia dipanggil, kata "heca" sendiri adalah kebalikan dari terminologi "aceh". (Dan dia tetap menjadi Aceh sejati). Ya, tak banyak memori yang tersimpan antara aku dan Heca, akibat aku sendiri masih belum bisa menerima jargon "teman dekat" atau "sahabat". Namun sedikit langkah hidup yang bisa aku rekam pada dirinya selain menjadi Danton dan Komting, dia juga menjadi anggota mapala di sebuah unit kegiatan mahasiswa pencinta alam LEUSER. Sebuah organisasi pencinta alam mahasiswa yang bernaung langsung di bawah universitas Syiah Kuala. Dia menjadi anggota pada tahun 2001 dan termasuk anggota Pendidikan Dasar (DIKSAR) ke-18. Dia mendapatkan penyematan anggota oleh Abang Ardian Ariatsyah dan mendapatkan no anggota L.277.US. Di LEUSER juga tak banyak hal yang bisa dia berikan, namun dia pernah mengatakan kepadaku, menjadi seorang Mapala bisa membuatku menjadi lebih rajin dan tahu akan kelemahan diri. Selain Arung Jeram di Alas dan bernavigasi di Sarung Keris, Pulau Weh, tak banyak hal yang aku tahu lagi kipah dia di LEUSER. Tapi itu semua lebih dari cukup untuk membuat dia menjadi orang yang berguna.

Setelah sekian lama, akhirnya Heca menemukan juga tiang hidupnya, yaitu seni foto. Aku tak tahu pasti kapan dia memulai. Yang pasti dia pernah katakan di awal jejak dia menjadi seorang juru foto, aku ingin coba hidup di sini. Sejak itu apapun aktifitasnya aku sudah kurang tahu dan ikuti. yang pasti dia sangat terinspirasi dari sebuah filem (aku lupa filem apa), sehingga tekadnya bulat untuk membeli sebuah kamera. Yang aku tahu, terakhir pegangan dia bemerek Canon 40D.Teman yang tahu langlang dia di foto adalah Tojir...mungkin juga Bang Mizi...dan teman di AFN...
Sekarang dia telah tiada, akibat sakit sejak pulang dari Meulaboh, mengerjakan pekerjaannya sebagai juru foto. Tanggal 23 Oktober 2008, pukul delapan pagi dia tiada. Tanpa sempat meng-confirm fesybuk-ku (nama dia Heca Aceh kalau di Fesybuk) dia telah berpulang ke ilahi.
Aku dan semua teman sangat teringat tanggal 25 September 2008 yang lalu, tepat di bulan Ramadhan, kami mengadakan buka puasa bersama, dan dia adalah orang yang sangat bersemangat ingin memotret kami semua, apalagi buat teman-teman yang katanya JOMBLO, "ayo, apalagi! ntah apa malu, ayo yang masih sendiri poto sama-sama" itulah kalimat ujarannya saat ingin memotret teman yang kebetulan masih sendiri atau belum berkelurga. Sayang foto itu belum sempat kami lihat, karena masih berada di arsip beliau di studio foto miliknya. Itulah kenangan terakhir kami di Soto Endang, yang kebetulan dimiliki oleh Abang Ardian Ariatsyah, yang menyematkan keanggotaan Heca Manan di LEUSER.

Terakhir kali aku bertemu adalah saat bersama pergi juga dengan Reno ke kampus untuk sekedar melepas kerinduan pada tanggal 11 Oktober 2008. Saat itu badan Heca sudah mulai lemas, namun di sana aku melihat wajah yang semangat sekali melihat keadaan kampus, seakan flashback beberapa tahun yang lalu muncul kembali. Itulah wajah ceria melihat tempat pendidikan perguruan tinggi kami. Selamat Jalan teman...

2 Response to "in memoriam"